salju

Senin, 27 Januari 2014

Ketika Cinta Bertepuk sebelah tangan..


 
Pernahkah kamu berharap pada seorang mahluk,
Kamu berharap kebaikannya,
Kamu berharap kehadirannya,
Kamu berharap perhatiannya,
Bahkan kamu berharap kasih sayangnya,

Tapi..
Seringkah engkau dikecewakannya?
Seringkah engkau menangis karenanya?
Seringkah engkau merasa disakiti olehnya?

Lalu…
Pantaskah kamu masih berharap padanya?
Ataukah dalam kecewa, dalam tangis dan dalam sakit itu
Adakah kebahagiaan yang kamu dapatkan?
Apakah dengan kecewamu, dia berubah menjadi baik?
Apakah dengan tangismu, dia akan hadir?
Ataukah dengan perasaan sakit hatimu, dia menyayangimu?
Mungkin jawabannya TIDAK

Jadi…
Bukankah ini saatnya untuk kamu pergi?
Bukankah ini saatnya untuk kamu berpaling?
Bukankah ini saatnya untuk kamu menjauh?
Setidaknya pergilah dari rasa kecewa itu…
Berpalinglah untuk tetesan airmata itu
Menjauhlah untuk membahagiakan hatimu..

Sulitkah itu bagimu?
Jika “YA”,
Pikirkanlah betapa dia tak pernah mengharapkanmu..
Pikirkanlah betapa dia tak pernah mempedulikanmu..
Pikirkanlah betapa dia bahkan tak sempat memikirkanmu..

Tanpa kamu sadari…
Kamu telah hanyut dalam harapan, impian dan angan kosongmu
Sedikit kata darinya sudah membuat kamu merasa diperhatikan
Sedikit senyum darinya sudah membuat kamu pikir dia peduli
Sedikit kabar darinya sudah membuat kamu terlena, tak beranjak…

Ya… semua yg sedikit itu saja sudah membuat kamu bahagia…
Yg sedikit bahkan semu, sudah membuat kamu bertahan..

Untuk apa?
Untuk sesuatu yang KOSONG,
Untuk sesuatu yang tak pernah dia pikirkan
Untuk sesuatu yang bukan apa-apa untuknya
Untuk sesuatu yang DIA TIDAK TAHU
Atau sesuatu yang dia TAK AKAN PEDULI
Dan esok, lusa, nanti ataupun detik yang akan datang…
Kamu akan kecewa, menagis dan sakit hati lagi…


Tidakkah semua itu CUKUP?
Saatnya kamu melangkah Nak…
Mendaki di terjal kehidupan dan mengalir bagai sungai
Jangan bertahan untuk harapan yg tak pernah ada…
Jangan menunggu hembus angin yang lalu…
Jangan sampai kamu terbangun dalam keadaan remuk
Selagi kamu bisa berdiri…
Selagi airmatamu belum habis
Selagi hatimu belum bernanah..

Biarlah sakitnya terasa hari ini..
Esok luka itu akan mengering
Biarlah dia menjadi bagian kenanganmu
Tapi dia tak lagi menghancurkanmu
Bahkan ketika kamu pergi
Dia tak akan menangisimu
Mungkin dia tak menyadarinya
Karena kamu bukan yang diharapkannya
Kamu bukan yang dipirkannya
Kamu bukanlah apa-apa baginya
Jangan pernah menoleh lagi untuknya
Jika hari ini kamu sadar siapa dia
Besok, tahun depan, sepuluh tahun lagi
Dia akan menjadi orang yang sama
Yang tak pernah mempedulikanmu
Yang hanya memberimu sedikit kata, sedikit senyum
Yang akan menumpahkan air matamu,
Menggoreskan rasa kecewa,
Dan mengguratkan luka dihatimu….

Maka…. PERGILAH Nak, PERGILAH…
Biarkan hari ini adalah akhir kecewa kamu
Biarkanlah airmata itu menetes sederasnya
Dan biarlah rasa sakit itu menghunjam dalam
Tapi itu yang TERAKHIR untuknya….

Itu yang TERAKHIR…
Ingat...
Tuhan tidak menciptakan satu orang didunia ini..
Bukalah hatimu,
Diluar sana masih banyak yang membutuhkanmu..
Cukuplah dirimu untuk mereka yang siap menerima cintamu..
Yang lebih menghargai cintamu..

ruang rindu

Dalam dekapan malam dan kesunyiannya, syair-syair kesucian mulai dinyanyikan, saat hening tiba hati mulai merasakan indahnya malam, semakin malam semakin terasa rindu ini mulai menggebu, sentuhan cinta-Nya menusuk jantung dan membukakan mata hati yang semula tertutupi, basyirah mulai menatap dunia yang seakan mati namun hidup bagi orang-orang yang pasrah menyerah dalam dekapannya, seakan tak ada waktu yang membahagiakan untuk bercumbu dengan Sang Kekasih kecuali ketika malam itu datang bertamu, bagi mereka yang selalu menjamu-Nya dimalam hari saat mata-mata tertutup adalah janji yang indah nan mulya keindahannya. siapakah kiranya yang sedia menatapa dan membuka hati untuk bangkita dari tidur yang sepi kepada kedinginan dalam kesucian maka teranglah tempatnya saat kegelapan datang bagi orang-orang yang enggan membangunkan malam yang mati.

“Malam itu gelap gelita tetapi ia amat indah. Di muka langit bertaburan bintang-bintang yang berkelipan, disisi bulan yang terang benderang. Untuk apakah Allah s.w.t jadikan malam? Ada waktu malam yang dihiasi dengan munajat kepada Allah s.w.t dan ada malam yang dihiasi dengan derhaka kepada Allah s.w.t. Jadi malam itu tidak sentiasa indah dan permai kerana ia bergantung kepada penghuni-penghuninya.
Bagi orang-orang yang soleh merindui malam ibarat pengantin menanti malam pertama. Kerana pada waktu malam untuk mereka bermesra-mesra dengan Tuhannya. Pada waktu malam tiada kebisingan kecuali mereka mengadu dan bermunajat kepada Tuhannya.
Kalau sepasang kekasih mencari waktu malam untuk memadu kasih, maka tidak hairan kalau orang-orang yang soleh juga menggunakan waktu malam untuk memadu cinta sejati dengan Allah s.w.t. Berkata Al Fudhail bin Iyadh, Apabila terbenam matahari maka saya gembira dengan gelap. Dan apabila terbitnya matahari maka saya berdukacita kerana datangnya manusia kepadaku! Abu Sulaiman pula berkata, Jikalau tidaklah kerana malam nescaya saya tidaklah menyukai tinggal di dunia ini.
Satu cara paling ideal bagi seorang Muslim untuk berhubungan dengan Allah ialah mengerjakan ibadat pada waktu tengah malam, ketika suasana sunyi sepi dengan kebanyakan makhluk nyenyak tidur dan penuh kesejukan. Pada waktu itu seorang Muslim boleh beristighfar, memuji, mensuci dan membesarkan Allah, malah mengerjakan solat sunat tahajud serta solat taubat. Bagaimanapun, bukan satu perkara mudah untuk bangun dari tidur sedang orang lain lena dibuai mimpi. Bukan mudah untuk berwuduk dalam kedinginan malam yang mencengkam tulang dan bukan sesuatu yang mudah untuk mengangkat takbir menghadap Allah dalam keadaan mata terkebil-kebil. Justeru, tidak ramai yang boleh bangun bertahajud, walaupun mengetahui banyak kelebihannya kecuali mereka yang benar-benar tertarik dengan keindahan Allah, berbanding keindahan mimpi di dalam tidurnya. Ia memerlukan kegigihan pada hati serta hidup cintanya dengan Tuhan. Sebab itu Allah menyediakan sebuah syurga bagi hamba-hambaNya yang menghidupkan malam.
Meskipun itu adalah janji dari Allah s.w.t. kepada kita namun kepayahan untuk menghidupkan malam lebih ketara lagi kerana syaitan turut memainkan peranan dengan bersungguh-sungguh menghalang manusia melakukannya.
Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: Diikat oleh syaitan di atas seseorang kamu dengan tiga ikatan apabila ia sedang tidur. Maka syaitan memukul tiap-tiap tempat ikatan tersebut sepanjang malam sehingga tertidurlah kamu. Kalau kamu terbangun dan berzikir kepada Allah s.w.t nescaya terbukalah satu ikatan. Kalau berwuduk nescaya terbukalah satu ikatan lagi dan kalau bersolat nescaya terbukalah semuanya. Sehingga kamu menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak yang demikian nescaya menjadi keji jiwa dan malas.
“Ibnu Mas’ud ra berkata : Telah disebutkan seseorang lelaki di sisi Rasulullah saw yang sentiasa tidur sahaja sampai waktu subuh sehingga tidak pernah mendirikan solat malam. Maka Rasulullah saw telah bersabda : Bahawa lelaki itu telah dikencingi syaitan di telinganya..” (Riwayat Bukhari, Muslim, An-Nasa’i)
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: Haruslah kamu bangun malam kerana itu adalah kebiasaan orang-orang soleh sebelum kamu. Sesungguhnya bangun malam adalah mendekatkan diri kepada Allah Azzawajalla, menutup segala dosa, menghilangkan segala penyakit pada tubuh dan mencegah daripada dosa.
Pada waktu malam juga akan ada satu detik di mana barangsiapa yang berdoa ketika itu akan dikabulkan segala hajatnya. Solat yang didirikan pada waktu malam juga lebih banyak manfaat dan lebih pahalanya. Sabda Rasulullah bermaksud: Dua rakaat yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah tidak memberi kesukaran kepada umatku, nescaya saya wajibkan kedua rakaat itu atas mereka.
Sholat malam adalah sholat terbaik yang dapat kita lakukan setelah sholat fardhu. Rasulullah SAW melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bersabda: “Sebaik-baik sholat setelah fardhu adalah sholat malam.” Bahkan pada awalnya sholat malam merupakan ibadah wajib. Rasulullah SAW dan para sahabatnya diwajibkan melakukan sholat malam ini di masa-masa awal perjuangan menegakkan Al Islam ini. Salah satu rahasianya adalah karena ia merupakan bekal terbaik dalam perjuangan yang maha berat itu, seperti tertera pada QS.Al-Muzzammil :1-7. Sholat malam kemudian dijadikan ibadah sunnah dengan turunnya ayat terakhir surat tersebut.
Sabda Baginda, “Hendaklah kamu beribadat di waktu malam, meskipun setakat satu rakaat sahaja.”
Sabda Rasulullah lagi yang bermaksud: Kerjakan solat dua rakaat dalam kegelapan malam untuk kesuraman kubur.
Sabdanya lagi, “Wahai sekalian manusia! Sebarkan keamanan, berikanlah makan (kepada orang yang susah), hubungkanlah silatur-rahim kepada kaum kerabat, dan jangan lupa solat di tengah malam ketika manusia sedang tidur nyenyak, nescaya kamu akan memasuki syurga dengan penuh kesejahteraan.
Di rangkaian ayat tersebut juga disebutkan bahwa kelebihan sholat malam dibanding sholat di waktu lainnya. Di tengah malam kita bisa lebih khusyu’, bisa lebih konsentrasi dalam membaca Al Qur’an dan relatif bersih dari sifat riya’ karena tidak ada orang lain yang melihat kita. “Sesungguhnya bangun di waktu malam itu lebih tepat dan bacaan waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang mempunyai urusan yang panjang.” (QS.73:6-7)
Keutamaan selanjutnya adalah bahwa mengerjakan sholat malam disebutkan Allah sebagai salah satu ciri orang yang beriman dan bertakwa. Ia juga merupakan sifat hamba Allah yang baik dan yang mendapat kemuliaan.
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur, untuk mengerjakan shalat malam), sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. “( QS As-Sajdah:16).
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka momohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzaariyaat : 17-18).
“Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (Al-Furqaan: 64).
Rasulullah SAW telah memberi teladan kepada kita dalam mengerjakan sholat malam, yaitu untuk mensyukuri ni’mat yang telah diberikan oleh Allah. Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Nabi saw berdiri sholat malam, hingga pecah-pecah kedua telapak kaki beliau. Saya bertanya kepada beliau; ‘Untuk apakah engkau berbuat ini, wahai Rasulullah, sedangkan engkau telah benar-benar diampuni dosa-dosamu yang telah lewat dan yang akan datang?’ Rasulullah bersabda: “Tak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kemudian bagi orang-orang yang istiqomah dalam mengerjakan sholat malam Allah menjanjikan syurga dan pahala yang tersembunyi.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (syurga) dan di mata-mata air” (QS.51:15)
Bila dilihat dari segi halangan-halangan yang terpaksa ditempuhi oleh seseorang yang mahu menghidupkan malam dengan ibadah, maka tidak salah kalau diletakkan mereka dealam golongan mnusia yang berjiwa gigih dan hidup cintanya dengan Allah s.w.t. Golongan ini juga telah mewarisi pekerjaan orang-orang soleh.
Dari Abdullah bin Salam ra, Rasulullah saw bersabda: Rasulullah bersabda, “Hendaklah kamu membiasakan diri bangun di tengah malam kerana yang demikian itu adalah amalan yang dibiasakan oleh orang-orang saleh sebelum kamu. Ia juga sebagai suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, menebus kesalahan, menjauhkan diri dari dosa dan menyingkirkan penyakit dari tubuh.” (HR.Tirmidzi)
“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS.32:17).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda: “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbetik dalam kalbu manusia.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Seorang pekerja biasanya berusaha menambah penghasilannya dengan bekerja lembur. Begitu juga dengan kita, bila ingin menambah pahala maka sholat malam adalah salah satu jalan yang bisa kita kerjakan untuk mendapat “bonus” dari Allah.
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
(QS.Al Israa’,17:79)
Mengerjakan sholat malam, insya Allah juga akan memasukkan kita ke golongan orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Apalagi apabila kita juga mengajak suami/istri dan anggota keluarga lainnya.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Allah sangat mengasihi orang laki-laki yang bangun pada waktu malam, kemudian mengerjakan sholat dan mau membangunkan istrinya. Apabila istrinya enggan bangun, maka ia menyiramkan air pada muka istrinya itu. Allah sangat mengasihi seorang perempuan yang bangun pada waktu malam, kemudian mengerjakan sholat dan mau membangunkan suaminya. Apabila suaminya enggan bangun, maka ia menyiramkan air pada muka suaminya itu.” (Riwayat Abu Dawud).
Selain dari keheningan malam yang ada pada waktu malam, Allah juga menurunkan malaikat-malaikat pada malam hari untuk memberi rahmat kepada hamba-hambaNya yang sedang beribadah. Malaikat akan turun ke bumi mencari manusia-manusia yang menghidupkan malam dengan ibadah untuk diberi rahmat dan diaminkan doanya.
Dan terakhir, tentunya kita tidak ingin kehilangan kesempatan diberi ampunan dan pengabulan permintaan, yang dibuka seluas-luasnya oleh Allah pada setiap sepertiga malam. Telah ditetapkan di dalam hadits-hadits shahih dan selainnya yang diriwayatkan oleh jamaah dari sahabat Nabi SAW yang menyatakan bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT turun di setiap malam menuju langit dunia pada saat malam tinggal sepertiga lagi, kemudian Dia berfirman:
“Adakah siapa yang mahu memohon supaya Aku mengabulkannya. Adakah siapa yang mahu meminta supaya Aku memberi kepadanya. Adakah siapa yang mahu meminta keampunan supaya Aku mengampuninya. Sampai waktu subuh tiba.”
Memanglah bangun di tengah malam itu merupakan seperkara yang berat sekali ke atas diri, teutama sekali sesudah tidur nyenyak. Akan tetapi ia bisa menjadi ringan bila telah dilazim dan dibiasakan, serta bersabar atas kesukarannya dan memaksa diri pada permulaannya. Sesudah itu yakinlah bahawa hati akan merasa lapang untuk berhadapan dengan Allah Ta’ala, dan akan terasalah pula kelazatan munajat kepadaNya dan kemanisan khalwat denganNya. Ketika itu ia akan merasa tidak puas untuk bangun malam saja, apatah lagi perasaan malas dan bosan itu akan terletak jauh daripadanya. Perkara serupa ini sering berlaku kepada para salihin dan hamba-hamba Allah, hingga setengah mereka berkata: Seandainya ahli syurga itu sering melakukan seperti yang kami lakukan kini, tentulah mereka itu akan berada dalam kehidupan yang bahagia sekali. Yang lain pula berkata: Selama empat puluh tahun berlalu, tidak suatu pun yang mendukacitakan aku kecuali terbitnya fajar pagi.
Saidina Umar al-Khattab menyatakan kelebihan solat malam dengan berkata: “Sesiapa mengerjakan solat malam (tahajud) dengan khusyuk nescaya dianugerahkan Allah sembilan perkara, lima di dunia dan empat di akhirat.” Kurniaan di dunia ialah:-
1) Jauh daripada segala penyakit
2) Lahir kesan takwa pada wajahnya
3) Dikasihi sekelian mukmin dan seluruh manusia
4) Percakapannya mengandungi hikmah (kebijaksanaan)
5) Dikurniakan kekuatan dan diberi rezeki dalam agama (halal dan diberkati)
Sementara empat perkara di akhirat ialah:-
1) Dibangkitkan dari kubur dengan wajah berseri-seri
2) Dipermudahkan hisab
3) Cepat melalui sirat al-Mustaqim seperti kilat
4) Diserahkan suratan amalan pada hari akhirat melalui tangan kanan.
Kelebihannya yang lain, antaranya:
- Jalan mendekatkan diri dengan Allah. Itulah peluang berbakti lebih masa untuk-Nya setelah siang hari berurusan sesama manusia.
- Dimuliakan Allah. Sabda Nabi SAW: “Telah datang Jibril kepadaku seraya berkata: `Ketahuilah bahawa kemuliaan seseorang Mukmin itu terletak pada mengerjakan ibadah qiamullail dan kehormatannya terletak pada keengganannya meminta-minta.”
- Dimakbulkan doa. Sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya dari sebahagian malam itu terdapat satu saat yang mempunyai kelebihan bagi seseorang Muslim untuk memohon sesuatu yang baik kepada Allah. Allah SWT pasti akan kabulkan doanya. Demikianlah itu ada pada setiap malam.”
- Faktor pertolongan Tuhan. Inilah juga amalan untuk menguatkan jiwa para pejuang Kebenaran. Oleh sebab itulah dalam sejarah Sultan Salahuddin Al Ayubi dan Muhammad Al Fateh, tentera-tentera yang beribadah malam sahaja yang dibawa ke medan perang.
- Menjadi pelindung di Hari Qiamat. Sabda Rasul SAW: “Semua manusia akan dikumpulkan di hari Qiamat di satu tempat. Mereka akan mendengar satu seruan yang berbunyi: `Di manakah mereka yang meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan malamnya dengan beribadah. Akan ada satu golongan yang bangkit dan masuk Syurga tanpa hisab.
Berqiamullail boleh dilakukan sama ada sepanjang malam, bermula lepas Isyak hingga Subuh, atau separuh malam, sepertiga malam, seperenam malam atau akhir malam. Bukan senang untuk bangun malam di kala kesejukan menggigit dan mimpi menggamit. Hanya orang yang dipermudahkan Tuhan, kuat azam dan kecintaan kepada-Nya yang mampu bersekang mata untuk-Nya.
Al Fudhail Ibnu ‘Iyadh berkata: Sesungguhnya Allah telah berfirman:
Adalah dusta orang yang mendakwa cinta kepada-Ku tetapi dia tidur daripada-Ku, bukankah setiap orang yang sedang dilamun cinta sangat suka kalau sentiasa berkhalwat (bersunyi-sunyi) dengan kekasihnya? “Inilah Aku yang sentiasa memerhatikan kekasih-kekasih-Ku, sungguh mereka telah jelmakan Aku dalam pandangan mereka, berdialog dengan-Ku seolah-olah mereka menyaksikan Aku, bercakap dengan-Ku seolah-olah Aku hadir dihadapan mereka. Esok akan Aku senangkan hati kamu di dalam syurga-syurga-Ku. Perasaan ini sentiasa tersemat kukuh dihati mereka sehingga tidak ada didalam hati mereka kecuali Aku. Oleh itu tidak ada yang muncul dari anggota mereka melainkan selaras dan sesuai dengan apa yang ada di dalam hati mereka.




Tarikan Cinta Allah




ISLAM adalah agama yang hakiki dan realiti, bukannya agama khayalan atau melawan arus fitrah insan. Oleh yang demikian, Islam tidak menafikan terdapat di sana perkara-perkara yang dikasihi, disukai dan dicintai oleh manusia kerana ia sememangnya merupakan kecenderungan dan fitrah setiap insan. Maka seorang manusia itu akan mengasihi keluarga, harta dan tempat kediamannya. Namun, tidak sepatutnya terdapat sesuatu di dunia dan akhirat lebih dikasihi daripada kecintaan terhadap Allah dan Rasul. Jika berlaku sedemikian, maka dia adalah orang yang kurang imannya dan wajib dia berusaha untuk menyempurnakan keimanannya. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud: Orang-orang yang beriman itu sangat kuat kecintaannya kepada Allah. (al- Baqarah: 165) Dunia hari ini menyaksikan umat Islam tidak lagi menjulang cinta kepada Allah sebagai cinta yang utama, tidak lagi mahu bermujahadah mengejar cinta Khaliqnya. Sebaliknya, sentiasa bersemangat dan memperjuangkan cinta kepada dunia dan hamba-hamba dunia. Saban waktu sang kekasih berusaha mengenali hati kekasihnya tetapi tidak pernah sesaat sang hamba berusaha mengenali Khaliq dan kekasihnya yang sepatutnya menjadi cinta awal dan akhirnya. Menyebut cinta kepada Allah atau menyebut nama Allah terasa tawar dan hambar, tetapi menyebut cinta kepada manusia terasa sungguh bahagia dan menyeronokkan. Kenapa tragedi ini boleh berlaku, sedangkan Allah itu bersifat Maha Sempurna, manakala manusia bersifat dengan segala kekurangan. Mencintai Allah tidak akan pernah ada erti kecewa atau dikhianati. Allah memiliki kemuncak segala kecantikan, keagungan dan kebaikan. Cinta kepada-Nya pasti dibalas dengan pelbagai curahan nikmat dan rahsia yang seni. Pendek kata, akal yang singkat turut mengatakan, Allah paling layak dicintai kerana Dia memiliki segala ciri-ciri yang diingini oleh seorang kekasih. Perkara paling pantas untuk menarik seseorang mencintai Allah ialah dengan merenung kemuliaan dan kemurahan Allah yang sentiasa mencurahkan segala nikmat-Nya pada setiap masa dan ketika, pada setiap hembusan nafas dan degupan jantung. Allah berfirman sebagai mengingatkan hamba-hambaNya dengan nikmat-nikmat ini: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkanNya kepada kamu), tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (al-Nahl: 18). Hanya dengan merenung sejenak, kita akan mendapati bahawa Allah adalah paling layak bagi setiap cinta dan pujian. Dia lebih utama untuk bertakhta di jiwa setiap insan daripada kecintaan kepada kedua ibu bapa, anak-anak dan diri sendiri yang berada di antara dua rongga. Saban hari, kita memerlukan Allah untuk hidup dan menikmati segala kejadian-Nya; cahaya yang terang, nikmat siang dan malam dan sebagainya. Namun, kenapa masih tidak terkesan di hati kita menyaksikan limpahan nikmat dan ihsan-Nya, kekuasaan-Nya yang menghairankan orang-orang yang melihatnya, keagungan-Nya yang tidak mampu diungkapkan oleh orang-orang yang cuba mengungkapkannya, dan segala sifat keindahan dan kesempurnaan-Nya? Punca bagi segala permasalahan ini ialah butanya mata hati, ceteknya tauhid dan pengetahuan manusia tentang Allah. Tidak mungkin seseorang itu mengasihi sesuatu jika dia tidak mengenalinya. Cinta hanya akan datang setelah didahului dengan pengenalan. Pada hari ini, manusia lebih mengenali dunia daripada Pencipta dunia. Oleh kerana itu, hati mereka gersang dari cinta Ilahi, cinta yang hakiki. Kejadian Tuhan terlalu dicintai tetapi Pemiliknya yang mutlak dilupai sehingga segala suruhan dan larangan-Nya tidak dipeduli. Agama Tuhan hendak ditegakkan tetapi Tuhan Pemilik agama itu tidak dipasak di dalam hati. Tauhid tidak dihayati, maka bagaimana tuhan hendak dikenali, apatah lagi dicintai. Kecintaan kepada Allah adalah suatu kedudukan yang istimewa. Allah mengangkat kedudukan hamba yang mencintai-Nya kepada setinggi-tinggi darjat. Bagi manusia yang mengutamakan kecintaan kepada selain Allah, Allah meletakkannya di kedudukan yang hina; menjadi hamba kepada dunia sepanjang hayatnya. Tanda cinta kepada Allah Ramai manusia yang mengaku mencintai Allah tetapi kebanyakan kata-kata mereka tidak melepasi kerongkong-kerongkong mereka. Cinta itu ada tandanya untuk dikenal pasti yang manakah cinta palsu dan yang manakah cinta yang hakiki. Ketahuilah cinta itu seperti magnet yang akan menarik kekasih kepada kekasihnya. Orang yang mencintai seseorang akan suka bertemu dengan kekasihnya. Orang yang kasihkan Allah tidak merasa berat untuk bermusafir dari tanah airnya untuk tinggal bersama Kekasihnya menikmati nikmat pertemuan denganNya. Rasulullah SAW bersabda: Sesiapa yang suka bertemu Allah, maka Allah suka bertemu dengannya. Sebahagian salaf berkata: Tidak ada suatu perkara yang lebih disukai Allah pada seseorang hamba selepas hamba tersebut suka untuk bertemu dengan-Nya daripada banyak sujud kepada-Nya, maka dia mendahulukan kesukaannya bertemu Allah dengan memperbanyakkan sujud kepada-Nya. Sufyan al Thauri dan Bisyr al Hafi berkata: Tidak membenci kematian melainkan orang yang ragu dengan tuhannya kerana kekasih itu pada setiap masa dan keadaan tidak membenci untuk bertemu dengan kekasihnya. Allah SWT berfirman: Maka cita-citakanlah mati (supaya kamu dimatikan sekarang juga), jika betul kamu orang-orang yang benar. (al-Baqarah: 94) Seseorang itu tidak suka kepada kematian kadang kala disebabkan kecintaannya kepada dunia, sedih untuk berpisah dari keluarga, harta dan anak-anaknya. Ini menafikan kesempurnaan kasihnya kepada Allah kerana kecintaan yang sempurna akan menenggelamkan seluruh hatinya. Namun, ada kalanya seseorang itu tidak suka kepada kematian ketika berada pada permulaan makam Mahabbatullah. Dia bukan membenci kematian tetapi tidak mahu saat itu dipercepatkan sebelum dia benar-benar bersedia untuk bertemu dengan Kekasihnya. Maka dia akan berusaha keras bagi menyiapkan segala kelengkapan dan bekalan sebelum menjelangnya saat tersebut. Keadaan ini tidak menunjukkan kekurangan kecintaannya. Orang yang mencintai Allah sentiasa mengutamakan apa yang disukai Allah daripada kesukaannya zahir dan batin. Maka dia akan sentiasa merindui amal yang akan mendekatkannya kepada Kekasihnya dan menjauhkan diri daripada mengikut nafsunya. Orang yang mengikut nafsunya adalah orang yang menjadikan nafsu sebagai tawanan dan kekasihnya, sedangkan orang yang mencintai Allah meninggalkan kehendak diri dan nafsunya kerana kehendak Kekasihnya. Bahkan, apabila kecintaan kepada Allah telah dominan dalam diri seseorang, dia tidak akan lagi merasa seronok dengan selain Kekasihnya. Sebagaimana diceritakan, bahawa setelah Zulaikha beriman dan menikahi Nabi Yusuf a.s, maka dia sering bersendirian dan bersunyi-sunyian beribadat serta tidak begitu tertarik dengan Yusuf a.s sebagaimana sebelumnya. Apabila Yusuf AS bertanya, maka dia berkata: Wahai Yusuf! Aku mencintai kamu sebelum aku mengenali-Nya. Tetapi setelah aku mengenali-Nya, tidak ada lagi kecintaan kepada selainNya, dan aku tidak mahu sebarang gantian. (Ihya Ulumiddin, Imam al Ghazali Jilid 5 H: 225) Kecintaan kepada Allah merupakan sebab Allah mencintainya. Apabila Allah telah mengasihinya, maka Allah akan melindunginya dan membantunya menghadapi musuh-musuhnya. Musuh manusia itu ialah nafsunya sendiri. Maka Allah tidak akan mengecewakannya dan menyerahkannya kepada nafsu dan syahwatnya. Oleh yang demikian Allah berfirman: Dan Allah lebih mengetahui berkenaan musuh-musuh kamu, (oleh itu awasilah angkara musuh kamu itu). Dan cukuplah Allah sebagai pengawal yang melindungi, dan cukuplah Allah sebagai Penolong (yang menyelamatkan kamu dari angkara mereka). (al-Nisa: 45) Orang yang mencintai Allah, lidahnya tidak pernah terlepas dari menyebut nama Kekasih-Nya dan Allah tidak pernah hilang dari hatinya. Tanda cinta kepada Allah, dia suka menyebut-Nya, suka membaca al Quran yang merupakan kalam-Nya, suka kepada Rasulullah SAW dan suka kepada apa yang dinisbahkan kepada-Nya. Orang yang mencintai Allah kegembiraan dan keseronokannya bermunajat kepada Allah dan membaca Kitab-Nya. Dia melazimi solat tahajjud dan bersungguh-sungguh beribadah pada waktu malam yang sunyi dan tenang. Sesiapa yang merasakan tidur dan berbual-bual lebih lazat daripada bermunajat dengan Allah, bagaimanakah hendak dikatakan kecintaannya itu benar? Orang yang mencintai Allah tidak merasa tenang melainkan dengan Kekasihnya. Firman Allah: (Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah. Ketahuilah, dengan zikrullah itu, tenang tenteramlah hati manusia. (al Rad: 28) Orang yang mencintai Allah tidak merasa sedih jika kehilangan sesuatu dari dunia ini tetapi amat sedih jika hatinya tidak lagi memiliki cinta kepada Allah. Besar kesalahan baginya jika ada saat-saat yang berlalu tidak diisi dengan zikrullah dan ketaatan kepadaNya, apatah lagi jika melakukan larangan Allah. Orang yang mencintai Allah juga, merasa nikmat dan tidak berasa berat melakukan ketaatan. Dia tidak merasa ketaatan yang dilakukan semata-mata kerana tunduk dengan perintah-Nya tetapi dilakukan kerana kecintaan terhadap Kekasihnya. Imam al Junaid r.a berkata: Tanda orang yang cintakan Allah, sentiasa bersemangat dan cergas melakukan amal ibadah dan hatinya tidak pernah lalai dan letih daripada mengingatiNya. Dia tidak pernah merasa sakit menghadapi cercaan orang-orang yang mencercanya kerana melaksanakan perintah Allah. Semua yang datang dari Kekasihnya sama ada suka atau duka diterima dengan hati yang gembira dan reda. Orang yang telah mengenal dan mengecapi cinta Allah tidak akan tertarik dengan cinta yang lain. Itulah magnet cinta Allah. Alangkah ruginya orang yang hatinya tidak ingin mengenal cinta Allah, cinta yang hakiki dan sejati.