salju

Rabu, 15 Januari 2014

Tuhan, Kenapa Aku Nggak Punya Teman?

Pernah nggak kamu berada dalam suatu acara sekolah/kampus lalu tiba-tiba kamu sadar kamu tengah berada dalam keramaian itu, sendirian? Di tengah-tengah yang lain yang sedang berkumpul bersama dengan kelompok-kelompok mereka?
Pernah nggak kamu sedang berada di sekolah/kampus mengurus segala sesuatu yang bersangkutan dengan kependidikanmu lalu kamu tersadar bahwa kamu tidak punya seseorang untuk diajak ngobrol?
Pernah nggak kamu berada di dalam kelas, mengikuti kuliah, berjalan di lorong menuju ruang praktikum, sendirian? Sementara kamu melihat sekelilingmu penuh dengan orang-orang yang berjalan bersama?
Pernah nggak kamu menyadari kamu tengah berada dalam semua kondisi itu dan yang ingin kamu lakukan saat itu juga adalah menyendiri dan menangis?
Aku pernah.
Aku bukanlah seseorang yang mudah untuk berteman. Aku canggung, aku pemalu, I am not easily impressed but so easily hurt--aku tidak mudah merasa senang terhadap sesuatu tetapi sangat mudah untuk merasa tersakiti. 
Beberapa tahun belakangan ini aku "memaksakan" diriku, untuk tidak menjadi orang itu lagi. Sehingga aku punya teman-teman itu, sekelompok orang dimana aku tinggal di dalamnya, memakainya sebagai identitas. Kau tahu, di lingkungan ini, dimana kamu harus tinggal berkelompok untuk bisa bertahan--karena yang lain-lain juga sudah berkelompok dan itu identitas mereka. Kukira aku sudah bahagia, kukira mereka itu "teman", aku sudah merasa aman. Lalu terjadilah semua itu, aku merasa tercampakkan, aku merasa terasingkan, sepertinya mereka tidak menganggapku teman, entahlah, aku merasa terkhianati. Entahlah, mungkin aku yang terlalu menganggap mereka "spesial" dan berharap terlalu banyak bahwa mereka juga menganggapku sebaliknya. You know, expectation does heartbreak. Ternyata tidak. Duniaku langsung jungkir balik. Aku memutuskan untuk "keluar" dari "lingkaran" mereka, menjadi pengembara sendirian. Aku menguatkan diri, meskipun aku merasa semua menyalahkan diriku atas keputusanku ini, aku yang salah, baiklah, tidak apa-apa. 
Kamu tahu, aku sudah merasakan semua itu dan sedang belajar untuk merasa baik-baik saja dengan semua itu, dengan menjadi sendirian, tidak akan mudah menangis lagi.
Kalau ditanya apakah aku ingin kembali punya kelompok seperti itu lagi, tidak. Aku tidak meminta segelintir orang untuk menjadi sebuah kelompok super beken diantara lingkungan kuliahku, aku hanya ingin seseorang, satu orang saja, yang bisa kuanggap "teman" dan dia juga menganggapku "teman", bisa kuperlakukan "spesial" dan memperlakukanku "spesial".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar