-berapa kali pun aku
mencoba, hati ini tetap memilihmu-
***
Sudah berapa banyak tempat yang kau singgahi ? dan sudah berapa
kali pula kau berbalik arah menghampiriku ? Sebentar kau datang membawa
setangkai mawar, sebentar kau pergi tanpa pernah meninggalkan jejak kaki.
Tempat persinggahan macam apa hati yang sudah sekian lama menantimu ini ?
Tanpa pernah ku minta, kau selalu hadir dengan segala cerita.
Aku menampung mu dengan senang hati, menampung segala cerita duka dan
bahagiamu, menampung segala rasa gundah serta keluh kesahmu. Seringkali tanpa
pernah ku minta, ketika kita sedang online di dunia maya, kau selalu duluan
mengirimkan obrolan singkat lewat chat, melontarkan sapaan, dari sekedar 'Hai'
sampai bertukar segala cerita yang kau punya dan menutup obrolan singkat itu
dengan 'Selamat Tidur Manis'. Bagaimana rasanya jantung ku tidak lemas setiap
kali kau mengucapkan rangkaian kata-kata itu ? Seakan itu terucap murni tulus
dari dasar hatimu. Mungkin kau tak tau seberapa berartinya semua perlakuan
manismu itu untuk ku. Mungkin kau juga tidak tau bagaimana aku mengawali hari
dengan senyum dan harapan bahwa semua akan berjalan seperti keinginan ku; aku
dan kamu.
Namun, tanpa pernah ku minta, kau selalu saja menghilang
tiba-tiba, tanpa pesan tanpa suara. Seringkali aku menghabiskan waktuku hanya
untuk online di dunia maya dan memandangi jendela obrolan milikku menampilkan
namamu. Tetapi, sesering itu lah aku harus memupuskan harapanku. Selalu seperti
itu. Ada suatu hari dimana namamu muncul di daftar jendela obrolan milikku,
namun setelah aku tunggu sekian lama, kau tak juga menampakkan tanda-tanda ingin
memulai obrolan dengan ku. Betukar sapa dan cerita seperti yang sering kita
lakukan. Hai lelaki, apa yang sedang kau pikirkan di alam mu sana ? Tak
pernahkah sedikitpun kau memikirkan ku ?
Kau sangat cerdik, sayang. Dengan leluasa mengangkat tinggi
hatiku sampai ke awan dan kemudian detik itu pula kau hempaskan ke tanah
berlumpur. Segala rasa yang ku punya bercampur aduk entah menjadi apa sedangkan
aku bertanya, adakah kau mempunyai rasa yang sama ?
Hati ini bukan halte, sayang. Bukan. Tidak bisa seenaknya kau
jadikan tempat persinggahanmu dikala kau lelah mencari bus yang benar-benar kau
tuju. Tempatmu berteduh, tempatmu menunggu, dan ketika rasa lelah mu telah
hilang, dan ketika apa yang kau tunggu telah kau temukan, dengan langkah ringan
kau tinggalkan halte itu seenaknya tanpa pernah mengucap permisi kepada
pemiliknya.
Hati ini juga bukan warung kopi, sayang. Bukan. Bukan tempatnya
untuk menghilangkan rasa bosan dan kantukmu. Bukan tempatnya untuk 'sekedar
mampir', dan ketika kau telah membayarnya kau pun bisa pergi tanpa pernah
kembali lagi.
Lalu apa artinya segala bentuk pengorbanan dan penantian yang
telah aku perbuat selama ini? Menjadikan hati ku sendiri sebagai halte untuk
dirimu. Menjadikan hatiku sendiri sebagai warung kopi yang menjadi tempatmu
'singgah'. Nyatanya, semua tetap ku lakukan bukan ? Katakan padaku, pernahkah
aku tidak membalas chatmu ketika tiba-tiba kau mencari ku ? Tidak, kan. Lalu,
katakan padaku, siapa yang selalu menutup akhir perbincangan kita ? Aku, kan.
Karena sebelumnya kau telah mengakhiri itu dengan pergi meninggalkanku lebih
dahulu.
Lalu hati macam apa yang dimiliki perempuan seperti ku ini ?
Bisa jelaskan padaku ?
Aku sudah tak sanggup lagi menyusun kepingan-kepingan puzzle
yang telah retak bernamakan hati ini. Aku sudah tak sanggup lagi jika perasaan
ini terus saja kau bodohi.
Jika sekarang dan entah sampai kapan masih saja kau yang
memegang kendali atas semuanya; datang dan pergi sesukamu. Lalu bolehkah pada
masanya kelak aku yang akan pergi ? Tenang sayang, bukan sekarang. Aku masih
mempunyai kekuatan untuk itu; menunggumu.
Tapi boleh kah aku meminta; jika kamu tidak benar-benar
menginginkanku, pergilah dan sakitilah aku.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar