Menggunakan karakter-karakter yang
sebelumnya telah hadir dalam serial televisi komedi karya Raditya Dika, Malam
Minggu Miko, Cinta Dalam Kardus memulai kisahnya dengan kegalauan
hati yang dialami oleh seorang pemuda bernama Miko (Raditya Dika) akibat
hubungan asmaranya yang sedang bermasalah dengan Putri (Anizabella Lesmana).
Walaupun sang sahabat, Rian (Ryan Adriandhy), telah melarangnya, namun Miko
kemudian memutuskan untuk mencoba tampil dalam sebuah pagelaran standup
comedy di sebuah kafe guna melupakan segala kegalauan hatinya. Keputusan
buruk. Daripada mampu menghibur penonton dengan deretan guyonan yang telah ia
siapkan, Miko justru bercerita tentang gadis-gadis yang dahulu pernah dekat
dengannya dan barang-barang peninggalannya kini ia simpan dalam sebuah kardus.
Namun, di saat yang bersamaan, Miko secara perlahan mulai belajar mengenai
berbagai arti cinta yang selama ini bertentangan dengan kepercayaannya.
Gaya komedi Raditya Dika memang harus diakui berbeda dengan gaya
komedi yang populer bagi penonton Indonesia – gaya komedi yang seringkali
memanfaatkan kelemahan fisik orang lain, menggunakan kekerasan dan mewarnainya
dengan tampilan gadis-gadis cantik berpakaian minim. Komedi a la Raditya Dika,
seperti yang sering diungkapkannya, dipengaruhi secara cukup signifikan oleh
tatanan komedi yang sering dihantarkan oleh Woody Allen: menggunakan
dialog-dialog unik dan terdengar nyeleneh, penuh dengan referensi pop
culture yang kental, karakter utama yang terkesan canggung namun tetap
mengandalkan linimasa penceritaan beratmosfer romansa yang begitu kuat. Cinta
Brontosaurus juga berusaha menghadirkan atmosfer komedi Woody Allen
tersebut – namun gagal akibat eksekusi naskah cerita yang terlalu dangkal.
Dengan bantuan Salman Aristo, Raditya Dika mampu mengeksplorasi lebih dalam
naskah cerita yang ia tulis dan sebenarnya masih berbicara di wilayah
penceritaan yang sama sehingga menjadi sebuah presentasi yang benar-benar
cerdas sekaligus menghibur.
Keberhasilan paling utama dari Cinta dalam Kardus adalah
bagaimana film ini mampu membawa para penontonnya pada perjalanan hati sang
karakter utama – yang pada awalnya terkesan begitu sinis terhadap cinta namun
secara perlahan mulai mengubah pandangannya akibat berbagai temuan dan
interaksi yang ia jalin di sepanjang penampilannya. Keberhasilan tersebut jelas
berhasil tercapai akibat kecerdasan Raditya Dika dan Salman Aristo dalam
menggarap setiap karakter yang hadir dalam jalan penceritaan film ini. Karakter
Miko yang terkesan datar di awal film, secara perlahan mulai terisi
karakterisasinya dengan baik berkat dukungan kehadiran karakter-karakter lain
yang berinteraksi dengannya. Potongan-potongan kisah asmara gagal Miko yang
ditampilkan juga tidak hanya mampu menghadirkan sajian komedi yang lugas, namun
juga menjadi sarana penggalian sekaligus pendalaman mengenai siapa karakter
Miko yang sesungguhnya.
Eksperimen yang dilakukan oleh Raditya Dika dan Salman Aristo
sendiri tidak hanya berhenti dari cara mereka menghadirkan jalan cerita Cinta
dalam Kardus. Secara cerdas, keduanya lantas juga menjadikan kardus sebagai
bagian penting dari film – dengan menggunakannya sebagai pembentuk properti
yang ditampilkan dalam berbagai adegan percintaan di masa lalu milik karakter
Miko. Aliran emosi juga semakin mampu tereksplorasi dengan baik berkat
kehadiran tata musik arahan Andhika Triyadi – yang harus diakui selalu
terdengar cemerlang dalam menggarap film-film bernuansa romansa. Sebuah sajian
lagu berjudul You and I milik Endah N Rhesa yang tampil di pertengahan
cerita juga menjadi sebuah titik tinggi sendiri dalam aliran emosional
dari jalan cerita Cinta dalam Kardus.
Meskipun kali ini menggunakan nama Miko, Raditya Dika sendiri
masih hadir dalam karakter yang serupa dengan dua film yang pernah ia perankan
sebelumnya. Bukan sebuah masalah besar, khususnya mengingat bahwa jalan cerita
Cinta dalam Kardus mampu memanfaatkan kecanggungan yang selalu ada dalam
setiap karakter yang diperankan oleh Raditya Dika secara maksimal.
Karakter-karakter pendukung yang hadir harus diakui memang tidak mendapatkan
porsi penceritaan yang dapat membuat setiap pemerannya mampu menampilkan
penampilan akting yang mendalam. Pun begitu, nama-nama seperti Anizabella
Lesmana, Dahlia Poland, Fauzan Nasrul dan Lukman Sardi mampu memberikan
penampilan singkat yang cukup mencuri perhatian.
Jelas adalah sangat menyegarkan untuk menyaksikan sebuah sajian
komedi yang tidak hanya berpaku pada pakem-pakem lama yang biasanya selalu
tersaji dalam presentasi komedi Indonesia. Dalam Cinta dalam Kardus,
Raditya Dika dan Salman Aristo berhasil menggarap secara cerdas tema
penceritaan yang sebenarnya telah terlalu sering ditampilkan dalam dunia
Raditya Dika sehingga mampu menjadi sebuah sajian yang tidak hanya berhasil
tampil lucu dan menghibur, namun juga bergerak secara aktif dalam menyentuh
sisi emosional setiap penontonnya. Dukungan kreativitas yang begitu tinggi
dalam penyajian desain produksi, tata musik sekaligus penampilan para pemeran
pendukung juga semakin membuat Cinta dalam Kardus tampil semakin kuat.
Unik, cerdas serta tidak melupakan sentuhan sisi emosional, Cinta dalam
Kardus adalah sajian komedi terbaik yang pernah hadir di industri film
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Cinta dalam Kardus (2013)
Directed by Salman Aristo Produced by Salman Aristo, Ruben Adrian Written by Salman Aristo, Raditya Dika (screenplay), Arief Ashshiddiq, Bagus Bramanti, Ifan Adriansyah Ismail (story) Starring Raditya Dika, Ryan Adriandhy, Hadian Saputra, Anizabella Lesmana, Dahlia Poland, Fauzan Nasrul, Lukman Sardi, Tina Toon, Sharena, Adhitya Putri, Wichita Setiawati, Felicya Angellista, Masayu Clara, Martina Tesela, Tony Taulo, Naziful Fuad, Tissa Biani Azzahra, Erly Ashy Music by Andhika Triyadi Cinematography Joel F. Zola Editing by Cesa David Luckmansyah, Ryan Purwoko Studio Kompas Gramedia Studio Running time 88 minutes Country Indonesia Language Indonesian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar