I saw you holding hands, standing close
to someone else
Now i sit all alone, wishing all my
feeling was gone
I gave my best to you, nothing for me
to do
But have one last cry
Malam
ini aku merasa dingin, sepi dan kosong. Ku matikan playlist mp3 dilaptopku. Ku
letakkan headset yang sedari tadi terpasang ditelinga. Lalu aku berbaring
melepas lelah setelah berjam-jam berkutat didepan laptop kesayanganku. Lagu
yang kuperdengarkan itu hanya membuatku mengingatmu. Terkadang aku ingin
tertawa untuk diriku sendiri. Aku merasa begitu konyol. Ya, aku masih sering
meraba kenanganmu dan segala tentang dirimu. Bahkan dari hal-hal yang sepele
pun aku masih mengingatnya. Ini sudah setahun berlalu namun aku masih saja
terjebak dimasa lalu. Rasa lelahku saat ini tidak ada artinya jika dibandingkan
lukaku. Letih yang kurasakan bukan apa-apa jika dibandingkan dengan perasaan
yang ku alami saat itu. Saat aku mendengar sebuah kabar yang menambah daftar
panjang mimpi burukku. Aku tak pernah menyangka kau akan bertindak secepat itu.
Ya, kau telah bersamanya. Kau, untuk kesekian kalinya air mata ini jatuh
karenamu. Aku sudah cukup sedih tak bisa bertemu denganmu. Lalu, kau mengirim
sebuah petisi yang memaksaku untuk meneteskan air mata lagi. Padahal belum
kering air mata ini, namun tangisku kembali pecah. Aku mengerti itu adalah
hakmu. Namun jika boleh ku meminta beri sedikit jeda untukku. Agar aku
benar-benar bisa bernafas tanpamu. Seharusnya aku menyadari aku terlalu banyak
berharap padamu. Mengharapkan hal yang penuh dengan ketidakpastian. Ataukah aku
yang terlambat menyadari akan suatu hal?? Memang sedari awal perasaanmu
sesungguhnya hanyalah untuknya.
Oh
tidak, tuhan memberiku kesempatan untuk singgah dihatimu. Apakah aku salah jika
mengambil pilihan itu??. Seandainya aku tahu pada akhirnya kau bersamanya
mungkin aku tak akan mengambil kesempatan itu. Terkadang aku berpikir apakah
aku bersalah karena telah mengambil kesempatan orang lain. Ya, mungkinkah jika
aku tak sempat singgah dihatimu kau akan lebih bahagia dengannya. Namun
semuanya terlambat karena mata dan hatiku telah buta karenamu. Seandainya,
seandainya dan aku hanya bisa berkata seandainya. Aku benci seandainya. Satu
hal yang pasti perasaan tak bisa dipersalahkan. Karena perasaanku padamu
terlahir bukan dengan keterpaksaan dan rekayasa. Saat bersamamu pun bagaikan
menjemput impian bagiku. Setelah sekian lama aku menunggumu dalam jerit yang
tak kau dengar.
Kini penantian
panjangku memang sudah menemukan jawabnya. Meskipun akhirnya tak sesuai dengan
yang ku harapkan. Esok jika aku kembali ke tempat dimana aku pertama kali
bertemu denganmu, aku ingin melihatmu. Aku ingin menatap matamu, wajahmu dan
tentunya dirimu seutuhnya. Aku ingin menyentuh tanganmu. Bahkan jika kau
menghendaki aku ingin memelukmu. Aku tidak akan berkata apa-apa padamu. Biarkan
dirimu sendiri yang mengartikannya. Aku hanya ingin mengutarakannya dengan
bahasa tubuhku. Aku hanya ingin berbicara denganmu melalui perasaanku. Hingga
akhirnya kau bisa merasakan ketulusanku yang nyata.
Untuk kesekian
kalinya aku menghabiskan malam-malamku bersama kenanganmu
With
the rain,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar