Waktu ibarat pedang yang akan menebas siapa saja yang tidak
memanfaatkannya dalam kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-'Ashr
(103): ''Demi waktu, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian
kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati dalam kebenaran dan nasihat-menasihati dalam
kesabaran.''
Salah satu keunikan waktu adalah dia tidak dapat
diulang, tak dapat mundur; waktu akan berjalan terus melaju ke depan.
Suka atau tidak suka dia akan meninggalkan mereka yang lalai, yang tidak
memanfaatkan waktunya secara maksimal untuk kebajikan dan ketakwaan
kepada Allah.
Dalam setiap pergantian waktu, entah itu tahun
Masehi atau Hijriyah, kita diingatkan kembali akan perlunya melakukan
muhasabah, evaluasi diri, atau introspeksi. Tentu saja evaluasi diri
secara kritis dan jujur yang bagi seorang Muslim tidak hanya dilakukan
dalam hitungan tahun, malah dalam setiap denyut napas kita akan selalu
ada pertanyaan evaluatif.
''Allah ridha apa tidak terhadap apa
yang aku perbuat?'' Hal itu bisa saja dilakukan menit demi menit, jam
demi jam, hari demi hari, dan bulan demi bulan. Shalat lima waktu juga
mengingatkan kita akan perlunya muhasabah dalam setiap rentang waktu
yang kita lalui di antara shalat-shalat kita.
Perputaran waktu,
pergantian tahun, adalah sarana muhasabah bagi setiap Muslim untuk
mencetak prestasi yang lebih baik di hari depan. Allah SWT mengingatkan
manusia tentang hal ini, ''Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS 59: 18) Tidak ada
jalan lain bagi seorang Muslim bahwa kehidupan yang dilakukannya harus
dievaluasi secara terus-menerus dengan istikamah.
Hasil dari
muhasabah akan membuat seseorang kembali termotivasi untuk berprestasi
karena Allah dalam setiap aktivitas kehidupannya. Percayalah Allah
Mahateliti dan tidak pernah lengah, walau manusia tidak dapat melihat
Allah secara zahir tapi Allah selalu melihat dan mengawasi hamba-Nya.
Ketakwaan
itulah prestasi tertinggi yang harus diraih oleh seorang mukmin. Untuk
itulah perlunya muhasabah dilakukan. ''.... Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.'' (QS Al Hujurat [49]: 13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar