''Jangan salahkan Allah bila doa tak dikabulkan dan jangan pula
menggerutu atau jemu,'' kata Abdul Qadir-Jailani dalam Mafatih al-Ghaib.
Yang perlu dipertanyakan adalah mengapa doa kita tak terkabul? Ada dua
sebab mengapa doa tertolak. Yaitu, pertama, tidak memperhatikan adab
berdoa, baik adab lahir maupun adab batin.
Rasulullah SAW
bersabda, ''Doa seorang hamba Allah tetap dikabulkan selama ia tidak
berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim atau tak
terburu-buru segera dikabulkan.'' Seorang sahabat bertanya, ''Wahai
Rasulullah, apakah maksud terburu-buru?'' Rasulullah menjawab, ''Ia
mengatakan, 'aku telah berdoa tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan',
sehingga ia mengabaikan dan meninggalkan doanya itu.'' (HR Muslim).
Ketika
suatu doa tak segera menampakkan tanda-tanda terijabah, maka seharusnya
seseorang tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab, Allah SWT akan
mengganti bentuk pengkabulan doa dengan sesuatu yang lebih bermanfaat
bagi si pemohon atau ditunda pengabulannya hingga hari akhirat dalam
bentuk deposito pahala.
Kedua, perilaku buruk. Syaqiq al-Balkhi
bercerita: ketika Ibrahim bin Adham berjalan di pasar-pasar Bashrah,
orang-orang mengerumuni beliau. Mereka bertanya, mengapa Allah belum
juga mengabulkan doa mereka padahal telah bertahun-tahun berdoa, serta
bukankah Allah berfirman, ''Berdoalah kalian, maka Aku mengabulkan doa
kalian.'' Ibrahim bin Adham menjawab, ''Hatimu telah mati dari sepuluh
perkara.
'' Yakni, pertama, engkau mengenali Allah, tetapi tidak
menunaikan hak-Nya. Kedua, engkau membaca kitab Allah, tetapi tidak mau
mempraktikkan isinya. Ketiga, engkau mengaku bermusuhan dengan iblis,
tetapi mengikuti tuntunannya. Keempat, engkau mengaku cinta Rasul,
tetapi meninggalkan tingkah laku dan sunah beliau. Kelima, engkau
mengaku senang surga, tetapi tidak berbuat menuju kepadanya.
Keenam,
engkau mengaku takut neraka, tetapi tidak mengakhiri perbuatan dosa.
Ketujuh, engkau mengakui kematian itu hak, tetapi tidak mempersiapkan
diri untuk menghadapinya. Kedelapan, engkau asyik meneliti aib-aib orang
lain, tetapi melupakan aib-aib dirimu sendiri. Kesembilan, engkau makan
rezeki Allah, tetapi tidak bersyukur pada-Nya. Dan kesepuluh, engkau
menguburkan orang-orang, tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar