Nasi goreng adalah salah satu makanan yang sangat mudah ditemui di Jakarta, mulai dari pedagang keliling(nasgor tek-tek), tenda-tenda, restoran kecil, restoran mewah, hingga di hotel pun seringkali ada menu nasi goreng. Tapi nasi goreng satu ini berbeda dari nasi goreng lainnya. Biasanya nasi goreng berwarna coklat karena kecap, tapi Nasi Goreng Thole Kitchen menawarkan nasi goreng warna-warni, yaitu nasgor hitam, nasgor hijau, dan nasgor merah.
Mas Mujianto, pencipta nasgor warna warni ini berjualan di jalan Panglima Polim, di dekat Orbis dan di seberang Loobie Lobster dan Woodpecker. Ia berjualan bersama istrinya. Sebenarnya nama Thole ini diambil dari bahasa Jawa dan tidak ada arti khusus selain sebagai panggilan kepada anak laki-laki. Karena dulu anaknya sering ikut berjualan dan dipanggil : "Thole,Thole," maka Mas Mujianto memberi nama Thole Kitchen. Hingga saat ini, para konsumen jadi memanggil Mas Mujianto dengan nama Mas Thole karena dikira Thole adalah namanya.
Gerobak Kitchen Thole sudah siap berjualan sekitar pukul 6.30 sore. Sejak buka, pesanan nasi goreng tidak pernah berhenti, hingga selalu terjadi antrian. Jika tidak mau mengantri, lebih baik datang lebih cepat karena semakin malam, nasgor ini semakin ramai. Tapi juga jangan terlalu malam, karena sekitar jam 11 hingga 12, biasanya nasgor sudah habis terjual. Apalagi saat weekend (terutama Sabtu malam), nasi goreng akan lebih cepat habis karena Mas Mujianto tidak menambah porsi 1 pun.
Mas Mujianto sudah mulai berjualan sejak tahun 2010, tetapi dulu ia masih sering berjualan keliling, tidak menetap seperti sekarang. Ia juga sempat menjual nasi goreng biasa, belum warna warni. Awalnya, para konsumen takut membeli masakannya karena dicurigai menggunakan pewarna. Padahal, warna nasi goreng didapat dari bahan-bahan alami. Warna hitam dari tinta cumi dan kluwek, warna merah dari bit root, dan warna hijau dari sawi. Nasi goreng tersebut bisa dibuktikan tidak menggunakan pewarna karena saat dibawa pulang, warnanya memudar, jika menggunakan pewarna, warnanya pasti tetap cerah. Jadi, saat baru mencoba-coba menjual nasgor warna-warninya, ia memanfaatkan komunitas sepeda yang sering berkumpul di toko sepeda panglima polim (sekarang sudah berubah menjadi taco local). Mas Mujianto memberikan compliment kepada anggota komunitas tersebut dan ternyata responnya positif. Untuk orang-orang yang baru mau mencoba, ia juga memberikan tester. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk berjualan menetap karena tempat tersebut ramai. Mulai tahun 2012, Thole Kitchen sudah memiliki pelanggan tetap dan diliput oleh stasiun TV.
Tidak banyak perubahan harga dari pertama kali ia berjualan. Harganya hanya dinaikan 2000. Mas Mujianto menjelaskan, "Pertama, 10000. Tapi, masa nasi goreng biasa aja 9000, ya harus dibedainlah, kecuali yang nasi goreng item karena prepare nya lama". Perlu waktu hampir seharian untuk mempersiapkan bahan-bahan masakan. Mas Mujianto beserta istri harus membuat bahan bumbu dari pukul 8 sampai 11, dan memasak nasi dari jam 12 sampai 2.
Konsumen yang datang biasanya para mahasiswa dan orang kantoran. 1 hari, Nasi Goreng Thole Kitchen menjual 15 liter nasi, atau sekitar 105 porsi nasi goreng. Kita juga bisa merequest pesanan kita, seperti 3 warna, 2 warna, atau 1 warna saja, bisa pedas, biasa dan tidak pedas sama sekali, telurnya mau diorek atau telur ceplok atau telur dadar, menggunakan ikan teri, baso, atau sosis, kurang asin atau tidak, dan sebagainya. Bahkan, kita bisa mencoba langsung dari panci saat dimasak agar tahu apakah rasanya sudah pas atau belum.
Nasi Goreng Thole juga menjual bihun, mie, dan kwetiaw berwarna tetapi tidak selalu dijual. Biasanya penjualan lebih difokuskan di nasi goreng karena tingkat kesulitan membuat nasgor berwana lebih sulit dari nasgor biasa dan Mas Mujianto seringkali keteteran. Untuk membuat nasgor berwarna, nasi yang sudah kering dimasukan bumbu sehingga nasi menjadi lembek lagi dan harus terus menerus digoreng.
Karena terlalu lelah, biasanya 1 kali dalam seminggu, Nasi Goreng Thole Kitchen ini tidak berjualan agar Mas Mujianto dan istrinya bisa beristirahat. Untuk memastikan apakah nasgor ini bisa ditemui, banyak pelanggan yang menelepon terlebih dahulu sebelum datang. Setelah dikonfirmasi bahwa Mas Mujianto akan berjualan, konsumen datang dan memesan. Kemudian, pesanan akan dicatat oleh istri Mas Mujianto sedangkan ia terus menerus menggoreng nasi. Setelah selesai menggoreng nasi, Mas Mujianto menaruh nasi di kotak atau piring. Untuk pesanan yang dibungkus, istri Mas Mujianto mengambil nasi dari kotak dan memasukkan ke dalam bungkusan steroform kemudian diberikan kepada konsumen dan konsumen membayar. Untuk pesanan yang dimakan di tempat, Mas Mujianto atau istrinya langsung mengantarkan pesanan ke tempat duduk orang tersebut. Di sini tidak ada meja, hanya ada kursi-kursi plastik saja dan para konsumen menggunakan kursi tersebut untuk menunggu pesanan dan makan. Setelah makan, para konsumen terkadang tidak langsung pulang. Suasana malam yang nyaman membuat mereka biasanya nongkrong di tempat tersebut terlebih dahulu, tetapi jika dagangan nasgor Thole ini terlalu ramai, para konsumen memaklumi dan tidak nongkrong di tempat ini.
Hingga saat ini, Nasi Goreng Thole Kitchen bisa terkenal karena rekomendasi dari satu orang ke orang lain saja (word of mouth). Mas Mujianto tidak pernah mengiklankan dagangannya. Bahkan media sendiri yang datang dan berminat untuk mewawancarainya, seperti Trans TV dan Okezone.com.
Mas Mujianto menganggap ia tidak memiliki pesaing karena belum ada orang lain yang membuat nasi goreng warna warni seperti yang dijualnya. Hanya saja ada penjual nasgor lain yang dekat dengan lokasi tersebut, seperti nasi goreng Apjay (nasi goreng kebuli). Ia juga tidak mau menaikkan harga nasi gorengnya, padahal jika masuk restoran, 1 porsi nasi gorengnya bisa dihargai 45000. Alasannya adalah, ia mau semua orang bisa menikmati nasi goreng buatannya, termasuk orang-orang menengah ke bawah. Harapan Mas Mujianto adalah mengembangkan usahanya sehingga tidak hanya di pinggir jalan saja dan memiliki karyawan secukupnya.
Saya juga sempat mewawancarai beberapa konsumen yang sudah selesai mengkonsumsi nasi goreng warna warni ini. Menurut mereka, nasi goreng ini memang berbeda dari yang lain. Selain itu, rasanya juga enak. Tempat berjualannya juga sangat strategis, dekat dari kampus, kantor, ataupun tempat-tempat lainnya. Kekurangannya hanyalah tempat duduk saja, karena jika sedang ramai, mereka sering tidak mendapat tempat duduk atau tidak jadi nongkrong karena tidak enak dengan konsumen yang sedang mengantri. Namun, sejauh ini, para konsumen yang saya wawancarai sudah merasa puas dengan Nasi Goreng Kitchen Thole karena sudah sesuai dengan ekspektasi mereka.